Sebuah Janji

     Sempat ku berpikir tentang bagaimana keadaannya sekarang, namun apa daya jarak memisahkan. 

"Sudah yakin akan pulang ke Indonesia?"

"Aku sudah yakin mah, bagaimana pun juga aku sudah lama tidak pulang, " Ucapku menghela nafas. 

Sambil menikmati hangatnya teh hijau, dan pemandangan indah kota yang menjadi rumahku selama sembilan tahun terakhir ini. 

"Semua keputusan ada di tangan kamu, Ama hanya bisa mendukung apapun yang menjadi mimpimu. Sembilan tahun berlalu, kamu bukan lagi anak kecil yang harus dibimbing lagi. "

"Bagaimana dengan ayah? " tanyaku. 

 "Ayah pasti setuju, anak kesayangannya ini sudah besar pasti apapun yang diinginkan akan dipenuhi," ucapan Ama seolah hanya sebagai penyemangat sesaat. 

Aku tahu bagaimana kerasnya ayah, memaksa aku untuk menetap di Tokyo sembilan tahun yang lalu. Aku hanya menatap nanar pantulan diri di cermin. 

.....

Jakarta,15 November 2021

Hari ini,aku menginjakan kaki kembali ke sini setelah sembilan tahun berlalu. Rumah bernuansa putih berlantai dua,rumah khas zaman dulu. Milik siapa lagi kalau bukan milik Oma tersayang.

Taksi online ku kini sudah memasuki pekarangan rumah megah itu, aku sudah tidak sabar memberi kejutan pada Oma.

Din! Din!

"Sebentar!" 

Dari dalam rumah terdengar suara orang yang tentunya tidak asing bagiku,siapa lagi kalau bukan Bik Mirna yang sedari aku bayi sudah bekerja di keluargaku.

"Bik!" teriakku sambil menghampiri Bik Mirna.

"Ya Allah, Non. Apa ini Non Gabby?" ucapnya dengan raut muka yang masih tak percaya akan kedatanganku.

"Iya Bik, siapa lagi?Bibik apa kabar? Oma mana?"

"Oma ada di halaman belakang Non, Bibi baik Non," ucap Bik Mirna sambil  membantuku membawakan koper.

Aku langsung bergegas menuju halaman belakang,suasana yang tidak berubah masih sama. Terlihat Oma yang sedang memberi makan Molly,kelinci kesayangan Oma sejak lama. 

Dengan langkah hati-hati berjalan menuju Oma,dan menutup matanya dengan tanganku.

"Akhh!! Siapa ini? Mirna!Jangan main-main kamu!"

"Ayo tebak siapa ini?" ucapku sambil menyamarkan suaraku.

Segera aku duduk disamping Oma.

"Surprice!"

"Gabby! Cucu Oma,kapan kamu datang sayang?" ekspresi terkejut masih menyelimuti raut mukanya.

"Baru saja Oma,"

Aku tak hentinya bergelayut manja pada Oma,

"Oma masih tidak menyangka cucu Oma sudah sebesar ini,tumbuh menjadi gadis cantik," kulihat Oma berkaca-kaca. Aku jadi ikut terbawa suasana,tak terasa air mata ini mengalir dengan sendiri.

"Oma! Aku kangen banget sama Oma,meskipun sudah bertahun-tahun rumah ini ternyata masih sama ya."

"Tidak ada yang berubah dari rumah ini,termasuk kamar kamu," aku semakin penasaran benarkah apa yang dikatakan Oma.

"Really? Aku ke kamar dulu ya Oma," ucapku sambil berlari.


Ceklek...

Pintu kamar bernuansa pink terbuka, benar saja kata Oma. 

Ruangan ini tidak banyak berubah,tatanan tempat tidur,dekorasi kamar bahkan foto-foto masa kecilku masih tersimpan dengan rapih.

"Akhirnya aku kembali ke sini," pandanganku terus mengelilingi seluruh ruangan.

Hingga mataku tertuju pada sebuah buku di atas meja.

Dan iya,itu buku diary ku. 

Perhatianku teralihkan pada sebuah kertas yang keluar diantara halaman buku itu. Sebuah surat? Dari siapa?

Tentu saja itu dari orang yang sangat aku kenal,orang yang selalu menemani hari-hari ku. Segera aku membuka isi surat itu.



    To : Gabriella

Gab,bertahun-tahun kita berteman selama itu pula ada hal yang aku ingin sampaikan padamu. Aku harap kamu bisa datang besok pagi, aku tunggu kamu di Taman biasa. Jangan sampai telat ya!


    Tertanda

    Arya


Satu surat sudah ku baca,dan masih ada satu lagi di belakangnya.


    To: Arya

Baiklah,aku akan menemui kamu besok pagi jam 8 ya. Soalnya jam 5 sore aku sudah harus ke Bandara,aku akan pergi ke Tokyo. Sampai jumpa besok Arya.

    Tertanda

    Gabby


Aku terhenyak setelah membaca isi surat yang kedua. 

"Ya Tuhan! Apa yang aku lakukan waktu itu? Aku lupa membalas surat dari Arya,apa yang harus aku lakukan? Arya pasti menunggu, bahkan mungkin hingga saat ini," sesalku.

Janji yang aku buat sendiri,bahkan tidak aku sampaikan padanya. Aku harus mencari dia kemana,sedangkan kontaknya saja tidak punya.

"Aku akan coba ke tempat biasa saja,siapa tahu aku ketemu Arya disana."

Meskipun dengan langkah tidak yakin,setidaknya aku sudah mencoba.


Bagaimana kelanjutan kisahnya?

To Be Continue.........







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Intip Keseharian Nikita Willy x Miyako

Resep Rempeyek Pemikat Lidah Suami